Ulasan buku “Selamat
Tinggal” karya Tere Liye
Rabu, 07 Juli 2021 sekitar pukul 15.30 campur aduk rasanya selesai membaca buku karya salah satu penulis ternama yang kerap kali aku lihat karyanya di salah satu toko buku terkenal di negeri ini, Tere Liye. Sungguh sangat menginspirasi, banyak pesan yang disampaikan.
Karya-karyanya cukup
akrab kudengar semasa SMK dulu, awalnya aku mengetahui beliau dari salah satu
temanku seorang penulis dan penggemar literatur yang membaca salah satu bukunya
yang baru terbit pada saat itu, berjudul “Daun Yang Jatuh Tak Pernah
Membenci Angin” cukup unik pikirku, sempat ingin meminjam bukunya karena aku
tak punya cukup uang untuk membeli karya tersebut. Namun belum terlaksana
hingga saat ini.
Awalnya kukira beliau
adalah perempuan, karena pada saat itu aku hanya mendengar namanya saja belum
pernah melihat sosoknya. Suatu hari sempat mencari tahu namanya melalui
internet dan muncullah potret sosok laki-laki. Maaf sudah salah menduga.😅
Setiap kali mengeluarkan
karya baru, bukunya tak pernah luput dari pajangan buku best-seller, sempat
ingin membeli bukunya namun beberapa kali kuurungkan karena karya fiksi – pada
saat itu aku sedang giat mencari buku buku pengembangan diri atau motivasi
non-fiksi.
Suatu hari ketika sedang
buka aplikasi Google Play Book aku berpapasan dengan karya barunya yang
berjudul “Selamat Tinggal”. Mencoba membaca sample bukunya belum ada yang
membuatku terpikat untuk membeli, sampai pada bagian di mana penjabaran latar
belakang tokoh utamanya yang mirip sekali dengan kisah salah satu sahabatku
semasa kuliah – yang merupakan satu-satunya murid SMAnya yang diterima di salah
satu perguruan tinggi ternama tempatku menimba ilmu beberapa tahun lalu.
Menarik, karena mirip
sekali dengan kisah sahabatku itu, bedanya ia memang tidak se-genius tokoh
utama dan bukan seorang penulis, namun ia sangat tertarik dengan dunia seni –
menggambar dan melukis. Akupun memberitahukan tentang buku ini kepada dia, lalu
ia pun ikut membeli buku ini.
Akhirnya aku putuskan untuk membeli buku
tersebut melalui toko buku online. Cukup lama hingga bukunya sampai ditanganku,
karena pada saat aku pesan bukunya memang belum resmi diterbitkan dan masih
pre-order. Setelah sampai ditanganku pun tidak langsung aku baca, butuh
beberapa waktu untuk akhirnya aku buka dan mulai membacanya, dengan alasan
kesibukan dan kelelahan setiap ada waktu luang.
Satu bulan terakhir aku
kembali giat membaca buku ini, sangat menarik ternyata, karena banyak pesan
yang disampaikan terutama mengenai pembajakan karya atau produk dan nasionalisme
(ini yang paling aku tangkap). Dalam kehidupan saat ini jamak sekali ditemui
barang-barang bajakan, buku, baju, tas, perhiasan, makanan, bahkan obat-obatan
untuk orang sakit pun bisa kita temui duplikasinya. Sudah barang tentu
merugikan pemilik karya dan pemilik lisensi yang memproduksi atau
menerbitkannya jika diduplikasi secara ilegal.
Paling banyak disinggung adalah
mengenai pembajakan buku. Isu yang juga barangkali kerap dialami penulis hingga
ia mengangkatnya di karya terbarunya. Pembajak dan penjual menikmati
keuntungan, pembeli hanya tau menikmati karya tulis dengan harga murah,
sedangkan penulis tidak dapat sepeserpun. Ratusan bahkan milyaran rupiah dari
beribu eksemplar raib direnggut dari haknya.
Aku jadi teringat suatu
hari ketika aku ingin membeli buku, aku masih melihat dan menimbang buku yang
ingin aku beli dari toko buku online terkenal langgananku. Ketika masih memilih
buku yang ingin aku beli, tidak sengaja aku menemukan website yang menjual buku
yang aku inginkan dengan harga lebih murah. Tidak pikir panjang tergiur dengan
perbedaan harga yang hanya beberapa ribu rupiah saja, aku memilih membeli dari
website yang aku temukan tersebut. Saat sampai di tanganku, tak disangka bahwa
buku yang aku beli ternyata buku bajakan. Kualitas kertas, tinta, bahkan
tulisannya terlihat jelas bahwa itu bukan buku asli dari penerbit resmi. Kecewa
sekali rasanya karena tergiur oleh harga miring yang hanya berbeda beberapa
ribu rupiah saja dengan buku aslinya. Sedikit merasa bersalah kepada penulisnya
karena sebetulnya aku tak ada niat untuk membeli karyanya dalam bentuk bajakan.
Jika dipikir-pikir aku
sendiri pun masih menggunakan barang-barang bajakan selama ini seperti software
yang aku gunakan untuk membuat tulisan ini, malu rasanya. Walaupun belakangan
aku berusaha mengurangi penggunaan barang bajakan tersebut dengan menggunakan dan mendapatkan
produk-produk asli hasil karya pembuatnya. Seperti selalu membeli karya buku
asli, menonton film atau drama dari platform resmi dengan berlangganan secara
resmi, begitupun mendengarkan lagu dengan berlangganan secara resmi. Dengan begitu
kita bisa menjaga hak-hak pemilik karya tersebut.
Isu nasionalisme juga
disinggung dalam buku ini dari salah satu inspirator toko utama. Saking
penasarannya aku sampai cari tahu apakah sosok itu betulan ada di dunia nyata,
karena namanya familiar sekali seperti nama sastrawan atau penulis di zaman
dahulu. 😅
Sebagai anak muda, jujur
sering kali acuh atas isu-isu politik dan pemerintahan yang terjadi di negara
ini. Tak ada gunanya mengkritik toh mereka selalu memiliki kebijakan sendiri
yang mereka anggap paling tepat, toh
dari tahun ke tahun pemerintah yang berkuasa sama saja, ayah, anak, paman,
ipar. Politik dinasti (dinasti politik?) yang terus menerus berulang setiap berganti pemerintahan.
Ketika membaca buku ini
seperti disentil dan diingatkan bahwa hal itu juga penting untuk dikatahui dan
dipahami karena bukan tidak mungkin suatu hari nanti kita yang memegang
kekuasaan tersebut, atau mungkin anak cucu kita nantinya. Maka kita pula yang harus membawa perubahan ke arah yang lebih baik.
Berkat ia dan sosok utama,
akupun tergerak untuk membuata ulasan ini, sebenarnya setiap kali membaca,
melihat, menonton film atau apapun yang menginspirasi aku selalu ingin
menuangkannya dalam tulisan, namun hal itu terkadang terhalang oleh pikiranku
sendiri bahwa aku tidak pandai menulis dan merangkai kata-kata. Bahkan sebelum
menulis tulisan ini aku sudah bingung memikiran judul apa yang harus aku gunakan
agar terkesan menarik.
Namun kali ini aku sangat ingin membuat tulisan ini. Bukan sesuatu yang sangat fantastis memang, karena memang aku tak pandai menulis. Aku hanya ingin menuangkan apa yang aku rasakan setelah membaca buku ini. Sedikit merasa bersalah karena awalnya aku mengira ini hanya karya fiksi biasa. Nyatanya selama membaca buku ini aku dibuat banyak belajar dari sosok-sosok yang ditampilkan, pesan-pesan yang disampaikan, dan semangat serta motivasi yang diselipkan. Aku sangat ingin berterima kasih kepada penulis karena telah membuat karya ini dan pesannya sampai juga kepadaku, salah satu anak muda bangsa ini.
Aku jadi penasaran dengan karya-karyanya yang lain, tak sabar rasanya ingin membaca buah karya lainnya.
Comments
Post a Comment